Senin, 08 Februari 2016

Beradab vs Barbar

"Orang beradab akan kalah bertahan melawan orang biadab (barbar)" begitulah sang tokoh berbicara saat ngobrol di waktu senggang dalam sebuah acara kecil liburan kemarin. Beliau menggambarkan pandangannya dari sudut lain tentang goyahnya kekuasaan Jepang ditimpa produk China, yang orang sebut "The Death of Samurai".
Menurut pandangan sang tokoh, kekalahan Jepang bukanlah karena kalah pintar oleh negara tetangganya, namun justru karena peradaban Jepang yang sudah tinggi dan teratur yang dikalahkan oleh strategi barbar. Keteraturan yang dibuat Jepang menyebabkan produknya bertahan dan unggul, namun biaya perusahaan yang cukup mahal menyebabkan harga produk jadi mahal. Sementara negara sebelah tidak peduli segala macam tetek bengek aturan dan kualitas, semua berbasis kemudahan dan kuantitas.
Perilaku konsumtif masyarakat kebanyakan mendukung produk KW beredar luas karena harga miring dan bisa gonta ganti dengan produk baru lainnya, sementara produk unggulan yang tahan lama justru dihindari karena harga yang terbilang mahal.
Nah sampai sini, sudah terlihat kekalahan akan mendera pihak mana dan pihak mana yang akan tergulung.
Dan seterusnya dan seterusnya...
Kembali ke pengalaman pribadi saya mengamini statement awal sang tokoh, bahwa orang beradab akan kalah oleh barbar, tengoklah saat kemacetan atau lampu merah, dimana ada barbar yang tidak tahu aturan, tentu dia akan beruntung dapat melewati lampu merah sesuka hati tanpa peduli aturan dan orang lain yang taat aturan dirugikan. Tengok pula saat barbar menyelinap antrian, siapa yang dirugikan dan siapa yang diuntungkan.
Kesimpulannya, orang beradab memang harus menambah satu bukti keberadabannya saat bertemu dengan barbar, yaitu bersabar.

#thanks to PakHDF buat sharingnya

Tidak ada komentar: